Karena dalam keberadaannya hanya melaksanakan satu
diantara dua tugas, yang tidak lain adalah perintah dari Anda sebagai
majikan. Dia bisa saja menghancurkan atau memuliakan Anda. Dengan
pelayanannya yang sangat tepat. Dia mudah diarahkan, Anda hanya perlu
tegas terhadapnya. Lebih dari 90% dari apa yang Anda lakukan mungkin
Anda serahkan kepadanya. Begitulah pengertian habits secara umum. Di
bawah ini pengertian habits akan lebih dalam lagi. Habits atau pembiasaan pada intinya adalah menjadikan
suatu hal yang tadinya dilakukan secara sadar dan diupayakan menjadi
otomatis dan tanpa upaya, melalui latihan dan pengulangan secara terus
menerus.
Membentuk habits yang baik memang sulit pada awalnya,
namun seketika habits itu sudah terbentuk dengan ajeg, maka sulit pula
untuk menghentikan habits itu, sama dengan habits buruk yang sulit
dihentikan apabila sudah ajeg. Bedanya habits baik sulit dibentuk, namun
akan memudahkan kita di sisa hidup kita. Habits buruk mudah dibentuk
namun menyusahkan kita di sisa hidup kita.
Mungkin pula lebih pula lebih tepat ketika menguasai
satu keahlian, tak perlu banyak berpikir dan motivasi panjang, lakukan
saja. Semakin sering kita melakukan, maka semakin sering pula latihan
dan pengulangan sehingga kita pasti akan menguasai keahlian apapun yang
kita inginkan.
Imam Syafi’i: “ Wahai saudaraku , kalian tidak akan
dapat menguasai ilmu kecuali dengan enam syarat yang akan saya sampaikan
dengan kecerdasan, bersemangat, kesungguhan, dengan memiliki bekal
(investasi), bersama pembimbing serta waktu yang lama.
Ketika hati bertanya-tanya,”Mengapa ada seseorang yang mudahnya
menguasai satu keahlian, sedangkan ada juga yang tidak bisa sama
sekali?”
“Apakah keahlian itu bawaan dari lahir?”
Untuk menjawabnya kita ambil fakta yang telah terbukti tentang Imam Syafi’i.
Tentu semua umat islam telah mengetahui bahwa beliau
adalah pendiri mazhab Syafi’i. Beliau salah satu orang yang mempunyai
akal yang kuat. Walaupun dibesarkan dalam keadaan yatim Imam Syafi’i
mampu menghafalkan Al-Quran di saat umurnya belum genap 7 tahun dan juga
telah berhasil menghafal kitab Al-Muwathatha ketika berumur 12 tahun.
Wajar saja prestasinya itu bisa diraih. Bagaimana tidak, ibunya adalah
seorang hafidzah yang menghatamkan Al-Quran minimal dua kali seminggu.
Bayangkan berapa banyak Imam Syafi’i mendengarkan ayat Al-Quran.
Kemudian, ketika sampai di sekolah teman-temannya pun tengah
menghafalkan Al-Quran.
Sudah dapat diketahui melalui cerita di atas.
Menguasai suatu keahlian bukanlah sesuatu bawaan dari lahir. Bagaimana
jadinya nanti ketika hal itu adalah suatu bawaan dari lahir atau karena
faktor keturunan, mungkin ketika ada anak berumur 4 tahun sudah bisa
berenang tanpa pengajar akan dikatakan biasa karena sudah ahli.
Sebenarnya sebelum terciptanya habits ada dua hal
yang harus dipenuhi yakni latihan dan pengulangan. Langkah awal
membentuk habits adalah dengan belajar. Mencari sesuatu yang akan kita
jadikan habits. Kemudian, lakukanlah walau terasa berat. Tetap paksakan
terus menerus, maka dalam waktu yang tidak lama sedikit demi sedikit
habits itu akan muncul. Habits adalah satu-satunya modal untuk menguasai
keahlian.
Yah, semuanya membutuhkan proses dan harus sabar
untuk dapat mencapainya. Sebagian ilmuwan dan peneliti mengatakan bahwa
seseorang memerlukan waktu 21 hari untuk melatih satu habits yang baru.
Sebagian lagi berpendapat 28-30 hari bahkan adapula yang berpendapat 40
hari.
Pemain basket yang melakukan lemparan bebas dalam
suatu penelitian disampaikan bahwa pemain yang memilih akurasi 85% telah
melakukan lebih dari 500.000 kali lemparan bebas sepanjang karirnya.
Maka dengan pengulangan yang banyak habits akan
melakukannya secara otomatis tanpa berpikir. Misalnya ketika menemui
pertunjukan topeng monyet, awalnya kita beranggapan monyet yang
menjalani apa yang diperintahkan pemiliknya adalah monyet pintar. Akan
tetapi itu salah, hewan tidak mempunyai akal seperti manusia. Ini
disebabkan karena monyet tersebut memiliki sebuah habits. Entah berapa
lama waktu yang digunakan untuk menghasilkannya. Yang jelas tidak
sedikit, tapi banyak.
Dalam sebuah penelitian menyampaikan bahwa seseorang
baru akan menjadi ahli dalam yang dia pilih. Apabila telah berlatih
selama 10.000 jam di bidang tersebut.
Ketika flasback ke masa lalu, Muhammad Al-Fath adalah
seorang panglima perang yang berhasil memimpin pasukannya menjebol
tembok Konstatinopel. Pertanyaannya, bagaimana bisa? Padahal dia lebih
muda dan panglima sebelumnya yang tidak melaluinya?
Jawabannya sama, habits Mehmed II sejak kecil telah
dididik dalam hidupnya untuk menjadi panglima yang akan menaklukan
konstatinopel. Hal ini karena suatu habits. Beliau telah diajarkan
bagaimana menjadi pemimpib yang baik dengan berbagai cara. Seringkali
mengikuti perang bersama kakanya yaitu Yazid. Beliau belajar kakaknya
yaitu cara memanah dan belajar tentang politik dalam islam.Terbukti
bahwa suatu keahlian akan dapat diperoleh melalui habits.
Berbicara mengenai habits kita tengok seorang pelajar
misalnya, kadang ada yang tidak menyukai mata pelajaran tertentu dengan
berbagai alasan, dari alasan susah menghafalkan rumus, melelahkan jika
menghitung jika mata pelajaran ini berhubungan dengan ilmu hitung. Atau
mungkin sulit menghafalkan sederetan kosakata, berbagai istilah dll.
Akhirnya mereka mencapai titik terendah yaitu rasa malas untuk belajar
tanpa mencoba terlebih dahulu, hasilnya nilai mereka menjadi jelek.
Salah satu solusi yang dapat diterapkan adalah membentuk suatu habits.
Pertama, rencanakan waktu untuk melakukan setahap demi setahap dengan
proses yang perlahan. Pelan-pelan tapi pasti lakukanlah dengan penuh
kesabaran niscaya akan berhasil. Usaha semaksimal mungkin dengan berdoa
habits akan mendekat. Selamat berjuang membentuk habits yang positif!
Penulis : Muzayyanah Rafika Mentari (9-C)